Penyakit Dalam Diam -Oleh Sanita Deselia
Kabar duka seringkali datang tanpa diduga. “Minggu lalu saya dikejutkan oleh kabar seorang sahabat yang meninggal dunia karena serangan jantung, padahal sebelumnya ia tak pernah mengalami keluhan apapun. Umurnya pun sama dengan saya,” ujar Primandini, 35, karyawati. Anda tentu tidak asing lagi dengan peristiwa di atas. Berita duka datang dari mereka yang usianya muda, aktif berkegiatan, dan nampak sehat wal afiat. Postur tubuh ideal dan selalu nampak enerjik ternyata bukan jaminan bebas dari penyakit. Sikap peka terhadap tubuh sendirilah yang lebih bisa menyelamatkan nyawa Anda. Karena, saat ini tidak sedikit penyakit yang menggerogoti tubuh dalam diam.
Peka Pada Kondisi Tubuh
Penyakit jantung saat ini menjadi penyebab kematian utama bagi perempuan selain kanker. Celakanya banyak perempuan yang tidak menyadari jika penyakit jantung mengintai nyawa mereka. “Perempuan itu cenderung lebih tidak merasa kalau sebenarnya dia sakit jantung dibanding pria. Masalahnya gejala sakit jantung pada perempuan seringkali sangat ‘biasa’ seperti nyeri pada bahu, perut, punggung, rahang atau leher. Padahal semestinya itu diwaspadai,” ujar Dr Ratih Purwarini, dokter sekaligus Medical Check Up Manager dari PacHealth@The Plaza Medical Center Jakarta.
Serangan jantung pun tidak selalu berlangsung dramatis seperti gambaran di film-film. Di mana tiba-tiba seseorang terkesiap, kesulitan bernafas lalu jatuh sambil memegangi dadanya. Faktanya serangan jantung bisa terjadi pada perempuan tanpa tekanan pada dadanya. Serangan jantung terjadi saat aliran darah yang membawa oksigen menuju otot jantung tiba-tiba menurun drastis atau berhenti secara tiba-tiba. Ini bisa terjadi akibat penyempitan pembuluh darah. Aliran darah tersumbat akibat lemak-lemak yang menempel pada dindingnya. Lipids atau lemak ini terbagi dua yakni kolesterol dan triglyceride.
Bukan hanya jantung yang bisa mengintai, serangan kanker pun hadir dalam diam. Ratih mengemukakan kepekaan terhadap sedikit saja perubahan pada kondisi tubuh bisa jadi tanda yang kuat. Misalnya berat badan yang turun tiba-tiba tanpa penyebab jelas. “Penurunan berat badan tanpa olahraga atau tanpa perubahan pola makan umumnya membuat perempuan senang, padahal seharusnya ia waspada karena bisa jadi ada sesuatu yang salah pada kondisi tubuhnya,” Ratih mengingatkan. Meski belum tentu kanker yang jelas ada sesuatu yang abnormal terjadi pada tubuh seseorang. Gejala lain adalah pendarahan yang tidak biasa. “Banyak perempuan menganggap biasa perdarahan yang terjadi di tengah-tengah waktu antara sebelum dan sesudah periode haid, padahal untuk beberapa orang itu bisa jadi abnormality,” ujar Ratih. Begitu juga gejala ovarian cancer yang kerap terabaikan karena dianggap biasa seperti kembung, sakit di bagian perut atau panggul, cepat kenyang meski makan sedikit. Jika kembung ini berlangsung hampir setiap hari selama beberapa minggu sebaiknya Anda segera mengeceknya ke dokter.
Tren Kesehatan: Pencegahan
“Saat ini mengatasi penyakit dengan pengobatan sebenarnya sudah ketinggalan zaman. Tren kesehatan saat ini adalah dengan melakukan pencegahan. Penelitian di Amerika Serikat mengungkapkan adanya kesadaran untuk pencegahan itu akan menaikkan tingkat kesehatan individu hingga dua puluh persen,” ujar Ratih.
Langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah mengenal kondisi tubuh sendiri. Dari segi akurasi yang paling mudah adalah melakukan medical check up. Ada dua tujuan melakukan medical check up. “Pertama untuk mengetahui apakah saat ini tubuh kita memiliki penyakit. Kedua untuk mendeteksi penyakit yang berpotensi hadir namun saat ini belum terlihat,” ujar Ratih. Lalu bagian tubuh mana dulu yang perlu dicek pertama kali? Ratih menyarankan untuk melakukan general check-up. “Mulai usia 18 tahun mestinya seseorang sudah mulai memeriksakan kesehatannya meski kondisi tubuh segar bugar,” saran Ratih.
Semakin dini abnormalitas diketahui semakin cepat penangannya tentu akan semakin baik. Berikut tes yang perlu Anda lakukan.
Pemeriksaan fisik
Setidaknya di usia 20-an Anda harus melakukan dua kali pemeriksaan fisik. Di sini yang dicek antara lain tinggi berat, dan body mass index (BMI). “Lewat physical examination ini akan diketahui kondisi tubuh, lalu lewat wawancara akan diketahui beberapa penyakit yang pernah dialami keluarga. Family history bisa ketahuan di sini. Selanjutnya baru disarankan untuk check up, selanjutnya sesuai kebutuhan,” ujar Ratih.
Tekanan darah
Menurut Harvard Women’s Health Watch, di bawah usia 55 perempuan lebih sedikit menderita hipertensi dibanding pria namun di atas usia itu resiko hipertensi pada perempuan meningkat. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko serangan jantung bahkan stroke. Periksa kondisi ekanan darah Anda setidaknya dua tahun sekali atau lebih sering jika tekanan Anda di atas 120/80 mmHg.
Kolesterol
Rasio total kolesterol dibandingkan HDL kolesterol sangat penting. Jika jumlah kolesterol baik terlalu sedikit, risiko datangnya penyakit jantung koroner menjadi lebih tinggi. Tingginya jumlah triglyceride (lebih dari 150 ml/dL) juga meningkatkan risiko penyakit jantung. Periksalah kolesterol Anda setidaknya tiga tahun sekali. Jika Anda berisiko tinggi setahun sekali lebih baik.
Gigi
“Pemeriksaan gigi menjadi penting karena kalau giginya bermasalah bisa berakibat pada jantung,” ujar Ratih. Jika terjadi infeksi pada gigi berlubang kuman yang berkumpul di lubang gigi bisa juga menyebar ke organ tubuh lainnya. Untuk itu periksalah gigi setidaknya 6 bulan sekali. “Sehingga kalau ada masalah bisa segera diberikan perawatan,” tutur Ratih.
Papsmear
Ratih menyaranan untuk melakukan papsmear tiga tahun setelah aktif secara seksual atau sudah 21 tahun. “Setelah itu harus dilakukan dua tahun sekali sampai usia 30 tahun. Kalau tidak ada masalah apapun selanjutnya periksakan tiga tahun sekali,” saran Ratih. Penyebab kematian terbesar wanita adalah penyakit jantung dan kanker. “Kanker itu ada banyak macamnya. Papsmear dilakukan untuk mengecek pintu rahim. Makin muda usia seseorang, harus makin sering dicek,” kata Ratih.
Jangan Sembarangan Meneruskan Obat
Saat ini banyak orang yang merasa cukup pergi ke dokter sekali saja, selanjutnya setelah obatnya habis, banyak orang yang mengambil jalan langsung membeli obat yang sama tanpa memeriksakan diri ke dokter lagi. “Pergi ke dokter itu bukan sekedar untuk menerima resep obat yang sama, tetapi dokter juga akan menganalisa perkembangan kondisi Anda. Apakah dosisnya harus ditambah, atau justru harus ganti obat,” ujar Ratih. Untuk mengetahui apakah Anda memerlukan obat atau tidak terlebih dahulu Anda harus memeriksakan diri ke dokter.
4 Syarat Sehat
Menurut Ratih sebenarnya untuk menjaga tubuh tetap sehat itu kuncinya hanya empat. Lakukan sesuai kebutuhan!
Porsi yang pas
Setiap orang memiliki kebutuhan kalori dan nutrisi yang berbeda sesuai umur, jenis kelamin, dan aktivitasnya. Mengonsumsi raw food (buah dan sayur mentah) dianjurkan untuk memudahkan metabolisme dalam tubuh, membersihkan usus, dan serat yang tinggi mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes.
Berkeringat tanda yang baik
Olahraga yang ideal harus dilakukan 4-6 kali per minggu minimal 30 menit per sesinya. Bentuknya tergantung kondisi masing-masing individu. Beberapa orang tidak dianjurkan untuk olahraga kompetitif karena justru bisa menganggu kesehatannya. Idealnya saat berolahraga Anda mengeluarkan keringat.
Nikmati hidup
Tidak perlu sampai depresi, perasaan tidak bahagia cenderung membawa penyakit. Saat stres seseorang mengeluarkan hormon yang meningkatkan denyut jantung. Kalau stres terus menerus tubuh bisa tidak mengenal lagi kondisi normal karena jantung terus berdegup, akibatnya Anda pun jatuh sakit.
Terlelap 6-8 jam
Tubuh perlu istirahat. Organ tubuh juga. Beberapa hormon untuk metabolisme banyak yang diproduksi saat tubuh istirahat. Tidurlah dengan nyenyak 6-8 jam setiap malam.
0 Komentar untuk "Penyakit Dalam Diam"
Berkomentarlah Sesuai aturan, agar komentar anda bisa terbit dan mendapatkan kunjungan balik. -NO LIVE LINK- atau akan di hapus.